Sekedar ingin berbagi...
Tangguh keris
Ilmu tangguh adalah pengetahuan (kawruh) untuk memperkirakan jaman pembuatan
keris, dengan cara meneliti ciri khas atau gaya pada rancang bangun keris,
jenis besi keris dan pamornya.
Tangguh
Tangguh arti harfiahnya adalah perkiraan atau taksiran. Dalam dunia perkerisan
maksudnya adalah perkiraan zaman pembuatan bilah keris, perkiraan tempat
pembuatan, atau gaya pembuatannya. Karena hanya merupakan perkiraan, me-nangguh
keris bisa saja salah atau keliru. Kalau sebilah keris disebut tangguh
Blambangan, padahal sebenarnya tangguh Majapahit, orang akan memaklumi
kekeliruan tersebut, karena bentuk keris dari kedua tangguh itu memang mirip.
Tetapi jika sebuah keris buatan baru di-tangguh keris Jenggala, maka jelas ia
bukan seorang ahli tangguh yang baik.
Walaupun sebuah perkiraan, tidak sembarang orang bisa menentukan tangguh keris.
Untuk itu ia perlu belajar dari seorang ahli tangguh, dan mengamati secara
cermat ribuan bilah keris. Ia juga harus memiliki photographic memory yang
kuat.
Dalam catatan kuno, dituliskan
ciri-ciri secara tertulis. Notasi itu meyakini akan adanya sebuah gaya atau
langgam dari setiap kerajaan. Artinya pada jaman Majapahit diyakini kerisnya
memiliki beberapa ciri gaya atau langgam yang seragam. Begitu pula jaman
kerajaan Mataram dan seterusnya jaman kerajaan Surakarta Hadiningrat diyakini
memiliki gayanya masing-masing.
Keyakinan terhadap bahan besi dan
pamor juga menjadi panduan dalam ilmu tangguh ini.
Adapun pembagian tahapan-tahapan
zaman itu adalah sebagai berikut:
1. Kuno
(Budho) tahun 125 M – 1125 M
meliputi kerajaan-kerajaan: Purwacarita, Medang Siwanda, Medang Kamulan, Tulisan, Gilingwesi, Mamenang, Pengging Witaradya, Kahuripan dan Kediri.
1. Kuno
(Budho) tahun 125 M – 1125 M
meliputi kerajaan-kerajaan: Purwacarita, Medang Siwanda, Medang Kamulan, Tulisan, Gilingwesi, Mamenang, Pengging Witaradya, Kahuripan dan Kediri.
2. Madyo Kuno
(Kuno Pertengahan) tahun 1126 M – 1250 M.
Meliputi kerajaan-kerajaan : Jenggala, Singosari, Pajajaran dan Cirebon.
(Kuno Pertengahan) tahun 1126 M – 1250 M.
Meliputi kerajaan-kerajaan : Jenggala, Singosari, Pajajaran dan Cirebon.
3. Sepuh Tengah
(Tua Pertengahan) tahun 1251 M – 1459 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Tuban, Madura, Majapahit dan Blambangan.
(Tua Pertengahan) tahun 1251 M – 1459 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Tuban, Madura, Majapahit dan Blambangan.
4. Tengahan
(Pertengahan) tahun 1460 M – 1613 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Demak, Pajang, Madiun, dan Mataram
(Pertengahan) tahun 1460 M – 1613 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Demak, Pajang, Madiun, dan Mataram
5. Nom
(Muda) tahun 1614 M – 1945
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Kartasura dan Surakarta.
(Muda) tahun 1614 M – 1945
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Kartasura dan Surakarta.
6. Kamardikan 1945 hingga
seterusnya.
Adalah keris yang diciptakan setelah Indonesia merdeka, 1945.
Pada waktu itu pun raja di Surakarta Hadiningrat ke XII mendapat julukan Sinuhun Hamardika. Keris yang diciptakan pada era ini masuk dalam penggolongan keris kamardikan.
Adalah keris yang diciptakan setelah Indonesia merdeka, 1945.
Pada waktu itu pun raja di Surakarta Hadiningrat ke XII mendapat julukan Sinuhun Hamardika. Keris yang diciptakan pada era ini masuk dalam penggolongan keris kamardikan.
Tangguh
merupakan seni yang digandrungi oleh komunitas pecinta keris, karena disini
terletak suatu seni dalam nilai kemampuan; semacam uji kemampuan dari sesama
penggemar keris. Tangguh juga menjadi sebuah nilai pada harga sebilah keris …
sesuai trend yang ada dari masa ke masa.
Tangguh
dalam kamus bahasa Jawa (S. Prawiroatmodjo) diartikan sebagai ’boleh
dipercaya’, ’tenggang’, ’waktu yang baik’, ’sangka’, ’persangkaan’, ’gaya’,
’lembaga’, ’macam’ (keris).
Namun
demikian, tuntutan modernitas dan keinginan yang kritis (sisi ilmiah) masa
kini, tangguh dituntut menjadi pasti (exact), artinya ilmu tangguh akan
bergeser menyesuaikan jaman untuk dapat melengkapi salah satu kriteria dalam
melakukan sertifikasi sebilah keris. Tuntutan ini adalah hal yang realistik
karena generasi muda tak lagi menyanjung ’sesepuh’ yang belum tentu memiliki
wawasan yang benar. Penyanjungan sesepuh adalah ciri etnografis dari budaya
paternalistik dalam sub kultur Jawa (Nusantara). Namun demikian ’ilmu tangguh’
harus tetap dipertahankan keberadaannya, kepercayaan pada sesepuh akan bergeser
pada sertifikasi suatu badan bahkan mungkin institusional berskala nasional.
Dalam
sisi pandang yang kritikal pada abad modern ini, tangguh menjadi sebuah
rangsangan baru untuk meneliti secara lebih pasti, betul dan tepat (exact)
menentukan sebilah tangguh keris. Maka tingkat pengetahuan yang tertuang pada
masa dulu melalui catatan, buku dan naskah kuno menjadi sebuah catatan yang
masih kurang memenuhi hasrat keingin-tahuan perkerisan pada saat sekarang.
Catatan atau buku kuno tidak melampirkan contoh sketsa atau foto apa yang
dimaksudkan pada uraiannya. Tulisan kuno tentang tangguh juga belum bisa
menjamin si penulis adalah orang mengetahui keris, bisa jadi penulis adalah
seorang pujangga yang menulis secara puitis, karena waktu itu memang tidak
memiliki target bahwa tulisannya akan menjadi sebuah kawruh yang meningkat
menjadi ilmu seni menangguh.
Ilmu
tangguh sering menjadi sebuah polemik, karena terkendala oleh banyak hal,
antara lain; kendala wawasan, kendala tempat (domisili atau keberadaan),
kendala oleh narasumber yang sebetulnya berskala lokal, kendala oleh karena
minat atau selera pada jenis keris dan banyak sekali hal-hal yang memancing
perdebatan.
Salah
satu cara untuk membangun sebuah ”ilmu tangguh” yang representatif tentu harus
melakukan pendataan dan penelitian ulang, salah satunya adalah dengan meneliti
penyesuaian antara keris penemuan (artefak) dengan situsnya (geografis);
meneliti dan mengkaji ulang catatan kuno dan memperbandingkannya satu buku
dengan buku yang lain. Saat ini pun di perpustakaan keraton masih banyak sumber
yang dapat menjadi referensi, baik buku-buku bahkan contoh keris berserta
kekancingannya.
Dibawah
ini ciri-ciri sebuah keris dan tangguhnya :
Struktur besi pada keris
- Jenggala
Pasikutannya (tampilan) : luwes, birawa.
- Ukuran panjang bilahnya agak berlebihan dibandingkan tangguh lainnya, demikian juga lebar bilahnya, terutama di bagian sor-soran.
Luknya luwes merata. Sirah cecak pada bagian ganja bentuknya lonjong memanjang. Ganjanya pendek tapi tinggi, wadidangnya tegak, ada-ada seperti punggung sapi, Sogokan tanpa pamor.
Besi : Padat, halus dan kehitaman
Pamor :
- mrambut, panjang-panjang, seperti rambut putih
- Lumer pandes, tapi ada juga yang mubyar
Pasikutannya (tampilan) : luwes, birawa.
- Ukuran panjang bilahnya agak berlebihan dibandingkan tangguh lainnya, demikian juga lebar bilahnya, terutama di bagian sor-soran.
Luknya luwes merata. Sirah cecak pada bagian ganja bentuknya lonjong memanjang. Ganjanya pendek tapi tinggi, wadidangnya tegak, ada-ada seperti punggung sapi, Sogokan tanpa pamor.
Besi : Padat, halus dan kehitaman
Pamor :
- mrambut, panjang-panjang, seperti rambut putih
- Lumer pandes, tapi ada juga yang mubyar
-
Singosari
Pasikutannya : Kaku dan wingit
- Gandiknya berukuran sedang, agak miring. Sirah cecak pada ganja bentuknya lonjong memanjang.
Ukuran Panjang bilahnya sedang, ujungnya tak begitu runcing.
Besi : abu-abu kehitaman, nyabak (bagai batu tulis).
Pamor :
- menancapnya pamor pada permukaan bilah lumer dan pandes
Pasikutannya : Kaku dan wingit
- Gandiknya berukuran sedang, agak miring. Sirah cecak pada ganja bentuknya lonjong memanjang.
Ukuran Panjang bilahnya sedang, ujungnya tak begitu runcing.
Besi : abu-abu kehitaman, nyabak (bagai batu tulis).
Pamor :
- menancapnya pamor pada permukaan bilah lumer dan pandes
- Penampilan pamor biasanya lembut
dan suram (kelem).
-
Pajajaran
Pasikutan : Agak “Kaku” dan kasar
- Bilahnya agak “panjang” dibandingkan keris tangguh lainnya. ada kesan ramping. Gandik panjang dan terkadang miring. Sirah cecaknya lonjong memanjang. Ganja ambatok mengkurep. Blumbangan atau pejetan lebar, sogokan agak dalam dan pendek. Kadang luknya kemba (dangkal)
Besi : Cenderung kering, keputih-putihan
Pamor :
- Biasanya pamor tiban
- kesan Pamor cenderung ngegajih (berlemak)
Pasikutan : Agak “Kaku” dan kasar
- Bilahnya agak “panjang” dibandingkan keris tangguh lainnya. ada kesan ramping. Gandik panjang dan terkadang miring. Sirah cecaknya lonjong memanjang. Ganja ambatok mengkurep. Blumbangan atau pejetan lebar, sogokan agak dalam dan pendek. Kadang luknya kemba (dangkal)
Besi : Cenderung kering, keputih-putihan
Pamor :
- Biasanya pamor tiban
- kesan Pamor cenderung ngegajih (berlemak)
-
Majapahit
Pasikutan : terkesan wingit (angker) dan prigel (tangkas & terampil)
- Potongan bilah agak kecil/ramping, ganja sebit rontal kecil luwes, sirah cecak pendek dan meruncing, odo-odo tajam
Besi : lumer (halus rabaannya) dan berkesan “kering:, warnanya kebiru-biruan.
Pamor :
- menancapnya pamor pada bilah pandes lan ngawat (kokoh dan serupa kawat).
- Sebagian pamor itu mrambut
- Pamor ceprat – ceprit / “sedikit”
Pasikutan : terkesan wingit (angker) dan prigel (tangkas & terampil)
- Potongan bilah agak kecil/ramping, ganja sebit rontal kecil luwes, sirah cecak pendek dan meruncing, odo-odo tajam
Besi : lumer (halus rabaannya) dan berkesan “kering:, warnanya kebiru-biruan.
Pamor :
- menancapnya pamor pada bilah pandes lan ngawat (kokoh dan serupa kawat).
- Sebagian pamor itu mrambut
- Pamor ceprat – ceprit / “sedikit”
-
Pengging
Pasikutan : sedang, ramping,
garapannya rapi.
- Jika keris luk, luknya rengol sekali. (Rengkol = dalam). Gulu melednya panjang.
Besi : berwarna hitam dan terkesan basah.
Pamor : Bersahaja (sederhana), lumer pandes.
- Jika keris luk, luknya rengol sekali. (Rengkol = dalam). Gulu melednya panjang.
Besi : berwarna hitam dan terkesan basah.
Pamor : Bersahaja (sederhana), lumer pandes.
- Blambangan
Pasikutannya : demes (Rapi mengesankan, enak dipandang)
Kesan besi : keputih-putihan, padat, berkesan basah, diraba keras.
Pamor : Gajih, tapi ada juga yang merambut.
Pasikutannya : demes (Rapi mengesankan, enak dipandang)
Kesan besi : keputih-putihan, padat, berkesan basah, diraba keras.
Pamor : Gajih, tapi ada juga yang merambut.
- Sedayu
Kesan besi : padat tapi suram, dan rabaan halus liat
Pamor : Mengambang, merambut
Kesan besi : padat tapi suram, dan rabaan halus liat
Pamor : Mengambang, merambut
- Tuban
Ganja berbentuk tinggi – berbulu, sirah cecak tumpul, potongan bilah cembung dan lebar.
Kesan Besi : Kesannya kering, kadar bajanya banyak
Pamor : Menyebar, kesan gajih / berlemak
- KediriGanja berbentuk tinggi – berbulu, sirah cecak tumpul, potongan bilah cembung dan lebar.
Kesan Besi : Kesannya kering, kadar bajanya banyak
Pamor : Menyebar, kesan gajih / berlemak
-
Sendang
Kesan besi : Hitam, padat , dengan kesan basah
Pamor : Kurang padat seolah mengambang
Kesan besi : Hitam, padat , dengan kesan basah
Pamor : Kurang padat seolah mengambang
-
Demak
Kesan besi : Hitam kebiruan. Kesannya basah
Pamor : mengambang, kurang mantap
Kesan besi : Hitam kebiruan. Kesannya basah
Pamor : mengambang, kurang mantap
- Pajang
Kesan besi : besinya keputih-putihan, bajanya kurang.
Pamor : putih bersinar dengan jelas
Kesan besi : besinya keputih-putihan, bajanya kurang.
Pamor : putih bersinar dengan jelas
- Bali
Ukuran bilah besar dan panjang, lebih besar dari ukuran keris jawa,
Kesan Besi : besi berkilau
Pamor : besar halus dan berkilau.
Ukuran bilah besar dan panjang, lebih besar dari ukuran keris jawa,
Kesan Besi : besi berkilau
Pamor : besar halus dan berkilau.
- Madura Tua
Kesan besi : Besi kasar dan berat, sekar kacang tumpul.
Pamor : besar-besar/agal / pamor mengkilap
Kesan besi : Besi kasar dan berat, sekar kacang tumpul.
Pamor : besar-besar/agal / pamor mengkilap
- Mataram
Bentuk ganja seperti cecak menangkap mangsa, sogokan berpamor penuh, sekar kacang seperti gelung wayang, pamor tampak kokoh, dan atas puyuan timbul/menyembul (ujung sogokan).
Kesan Besi : kebiru-biruan dengan kesan kering
Pamor : garapannya halus & putih jelas
Bentuk ganja seperti cecak menangkap mangsa, sogokan berpamor penuh, sekar kacang seperti gelung wayang, pamor tampak kokoh, dan atas puyuan timbul/menyembul (ujung sogokan).
Kesan Besi : kebiru-biruan dengan kesan kering
Pamor : garapannya halus & putih jelas
- Kartosura
Besi agak kasar, bila ditimang agak berat, bilah lebih gemuk, ganja berkepala cicak yang meruncing
Kesan besi : keputih-putihan, bajanya kurang
Pamor : Jelas putih tapi terlihat seperti mengambang
Besi agak kasar, bila ditimang agak berat, bilah lebih gemuk, ganja berkepala cicak yang meruncing
Kesan besi : keputih-putihan, bajanya kurang
Pamor : Jelas putih tapi terlihat seperti mengambang
- Surakarta
Bilah seperti daun singkong, puyuan meruncing, gulu meled pada ganja pendek, odo-odo dan bagian lainnya tampak manis dan luwes.
Kesan besi : halus
Pamor : Menyebar penuh
Bilah seperti daun singkong, puyuan meruncing, gulu meled pada ganja pendek, odo-odo dan bagian lainnya tampak manis dan luwes.
Kesan besi : halus
Pamor : Menyebar penuh
- Yogyakarta
Ganja menggantung,
Kesan besi : halus dan berat
Pamor : menyebar penuh keseluruh bagian bilah.
Ganja menggantung,
Kesan besi : halus dan berat
Pamor : menyebar penuh keseluruh bagian bilah.
Catatan diatas hanya sebagai contoh penulisan kriteria tangguh,
yang tentu seharusnya disertai contoh barangnya berupa foto, sketsa atau blad.
Maka hal yang sebenarnya ilmu tangguh memang masih perlu disempurnakan.
(catatan
ini diambil dari beberapa notasi diantaranya dari Forum Diskusi Keris Yahoo
Grup)
Ada beberapa tangguh keris
diantaranya :
1. Tangguh Segaluh (Abad 12)
2. Tangguh Pajajaran (Abad 12)
3. Tangguh Kahuripan (Abad 12)
4. Tangguh Jenggala (Abad 13)
5. Tangguh Singasari (Abad 13)
6. Tangguh Majapahit (1294-1474)
7. Tangguh Madura (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
8. Tangguh Blambangan (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
9. Tangguh Sedayu (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
10. Tangguh Tuban (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
11. Tangguh Sendang (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
12. Tangguh Pengging (1475-1479)
13. Tangguh Demak (1480-1550)
14. Tangguh Pajang (1551-1582)
15. Tangguh Madiun (Abad 16)
16. Tangguh Koripan (Abad 16)
17. Tangguh Mataram (1582-1749)
a) Panembahan Senapati – Sutawijaya (1582-1601)
b) Panembahan Seda Krapyak – Mas Jolang (1601-1613)
c) Sultan Agung – R.M. Rangsang (1613-1645)
d) Amangkurat I – Seda Tegal Arum (1645-1677)
e) Amangkurat II (1677-1703)
f) Amangkurat III – Sunan Mas (1703-1705)
g) Paku Buwono I – Sunan Puger (1705-1719)
h) Amangkurat IV – Sunan Prabu (1719-1725)
i) Paku Buwono II (1725-1749)
18. Tangguh Cirebon (Abad 16)
19. Tangguh Surakarta (1749-sekarang)
a) Paku Buwono III (1749-1788)
b) Paku Buwono IV (1788-1820)
c) Paku Buwono V (1820-1823)
d) Paku Buwono VI (1823-1830)
e) Paku Buwono VII (1830-1858)
f) Paku Buwono VIII (1858-1861)
g) Paku Buwono IX (1861-1893)
h) Paku Buwono X (1893-1939)
i) Paku Buwono XI (1839-1944)
j) Paku Buwono XII (1944-sekarang)
20. Tangguh Yogyakarta (1755-sekarang)
a) Hamengku Buwono I – P. Mangkubmi (1755-1792)
b) Hamengku Buwono II – Sultan Sepuh (1792-1810)
c) Hamengku Buwono III (1810-1814)
d) Hamengku Buwono IV (1814-1822)
e) Hamengku Buwono V (1822-1855)
f) Hamengku Buwono VI (1855-1877)
g) Hamengku Buwono VII (1877-1921)
h) Hamengku Buwono VIII (1921-1939)
i) Hamengku Buwono IX (1939-1990)
j) Hamengku Buwono X (1990-sekarang)
2. Tangguh Pajajaran (Abad 12)
3. Tangguh Kahuripan (Abad 12)
4. Tangguh Jenggala (Abad 13)
5. Tangguh Singasari (Abad 13)
6. Tangguh Majapahit (1294-1474)
7. Tangguh Madura (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
8. Tangguh Blambangan (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
9. Tangguh Sedayu (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
10. Tangguh Tuban (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
11. Tangguh Sendang (1294-1474, Era Invansi Kerajaan Majapahit)
12. Tangguh Pengging (1475-1479)
13. Tangguh Demak (1480-1550)
14. Tangguh Pajang (1551-1582)
15. Tangguh Madiun (Abad 16)
16. Tangguh Koripan (Abad 16)
17. Tangguh Mataram (1582-1749)
a) Panembahan Senapati – Sutawijaya (1582-1601)
b) Panembahan Seda Krapyak – Mas Jolang (1601-1613)
c) Sultan Agung – R.M. Rangsang (1613-1645)
d) Amangkurat I – Seda Tegal Arum (1645-1677)
e) Amangkurat II (1677-1703)
f) Amangkurat III – Sunan Mas (1703-1705)
g) Paku Buwono I – Sunan Puger (1705-1719)
h) Amangkurat IV – Sunan Prabu (1719-1725)
i) Paku Buwono II (1725-1749)
18. Tangguh Cirebon (Abad 16)
19. Tangguh Surakarta (1749-sekarang)
a) Paku Buwono III (1749-1788)
b) Paku Buwono IV (1788-1820)
c) Paku Buwono V (1820-1823)
d) Paku Buwono VI (1823-1830)
e) Paku Buwono VII (1830-1858)
f) Paku Buwono VIII (1858-1861)
g) Paku Buwono IX (1861-1893)
h) Paku Buwono X (1893-1939)
i) Paku Buwono XI (1839-1944)
j) Paku Buwono XII (1944-sekarang)
20. Tangguh Yogyakarta (1755-sekarang)
a) Hamengku Buwono I – P. Mangkubmi (1755-1792)
b) Hamengku Buwono II – Sultan Sepuh (1792-1810)
c) Hamengku Buwono III (1810-1814)
d) Hamengku Buwono IV (1814-1822)
e) Hamengku Buwono V (1822-1855)
f) Hamengku Buwono VI (1855-1877)
g) Hamengku Buwono VII (1877-1921)
h) Hamengku Buwono VIII (1921-1939)
i) Hamengku Buwono IX (1939-1990)
j) Hamengku Buwono X (1990-sekarang)
Sedangkan
Bambang Harsrinuksmo dalam bukunya Eksiklopedi Budaya Nasional.
Keris dan senjata tradisional Indonesia lainnya membagi Tangguh / periodesasi
Jaman pembuatan keris di Pulau Jawa menjadi 20 masa / tangguh, diantaranya :
1. Jaman Kabudan (Abad 6-9)
2. Kahuripan (Abad 11 an)
3. Jenggala (Abad pertengahan 11)
4. Singasari (Abad pertengahan 11)
5. Madura Tua (Abad 12-14)
6. Pajajaran (Abad 12-14)
7. Segaluh (Abad 13 an)
8. Tuban (Abad 12-18)
9. Blambangan (Abad 12-13)
10. Majapahit (Abad 13-14)
11. Pengging Witaradya (Abad 13 an)
12. Demak (Abad 14 an)
13. Pajang (Abad 14 an)
14. Mataram Senopaten (Abad 14-15)
15. Mataram Sultan Agung (Abad 16)
16. Mataram Amangkurat (Abad 17)
17. Kartasura (Abad 18)
18. Surakarta (1726 – 1945)
19. Yogyakarta (1755 – 1945)
20. Republik Indonesia / Kamardikan (1945 – )
2. Kahuripan (Abad 11 an)
3. Jenggala (Abad pertengahan 11)
4. Singasari (Abad pertengahan 11)
5. Madura Tua (Abad 12-14)
6. Pajajaran (Abad 12-14)
7. Segaluh (Abad 13 an)
8. Tuban (Abad 12-18)
9. Blambangan (Abad 12-13)
10. Majapahit (Abad 13-14)
11. Pengging Witaradya (Abad 13 an)
12. Demak (Abad 14 an)
13. Pajang (Abad 14 an)
14. Mataram Senopaten (Abad 14-15)
15. Mataram Sultan Agung (Abad 16)
16. Mataram Amangkurat (Abad 17)
17. Kartasura (Abad 18)
18. Surakarta (1726 – 1945)
19. Yogyakarta (1755 – 1945)
20. Republik Indonesia / Kamardikan (1945 – )
Ada lagi sebuah periode keris yang
amat mudah di-tangguh, yakni tangguh Buda. Keris Buda mudah dikenali karena
bilahnya selalu pendek, lebar, tebal, dan berat. Yang sulit membedakannya
adalah antara yang asli dan yang palsu. Hanya penggemar tosan aji yang serius
saja yang bisa membedakannya. Memang perlu jam terbang yang tinggi. Setiap
orang pasti bisa.
Keris Buda dan tangguh kabudan, walaupun di kenal masyarakat secara luas, tidak dimasukan
dalam buku buku yang memuat soal tangguh. Mungkin karena dapur keris yang di
anggap masuk dalam tangguh Kabudan hanya sedikit, cuma dua macam bentuk,
yakni jalak buda dan betok buda.
Nb
: Tolong ditambahkan atau dikoreksi
apabila ada kekeliruan, segala masukan tentang budaya keris sangat saya
harapkan, penjabaran diatas diambil dari berbagai sumber, saya hanyalah salah
satu dari generasi muda yang mencoba belajar tentang budaya keris, jika ada
salah mohon dimaafkan
ulasan lainya mengenai batu akik dll
BalasHapusTerimakasih atas masukanya mas, mungkin akan menjadi pertimbangan untuk posting-posting yang akan datan
HapusSalam Budaya...
Jackpot City Casino Site Review - Lucky Club
BalasHapusOur online casino review includes casino games, bonuses and promotions. Enjoy the welcome offers and payouts. Join now for all new players Bonus: 100% up to luckyclub C$750 Rating: 4.9 · Review by LuckyClub.live